Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh..
Hai teman sekalian..
sudah lama sekali saya ga update blog ini dikarenakan kesibukan kerja saya yang cukup menyita waktu.
Dan, alhamdulillah...berkat pertolongan Allah, hari ini saya bisa kembali membuat tulisan untuk blog ini.
Baik teman, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman pribadi, yakni berkaitan dengan persangkaan saya pada saat sebelum mengetahui manfaat/ tujuan akan sebuah benda dibuat begini, bukannya begitu, sebuah benda dibuat begitu, bukan begini.
Intinya begini, dulu...saya pernah merasa sebel ketika saya memasang kaca spion kendaraan bermotor. Harap maklum, jaman masih muda pengennya gonta ganti kaca spion biar keren.
Nah, ketika memasang kaca spion, saya merasa jengkel, dongkol, kenapa sih perusahaan otomotif membuat alur putaran ( buat ngencengin ama ngendorin ) kaca spion dibuat beda antara kanan dan kirinya?
Kenapa "gak" disamain aja, kalo ngencengin searah jarum jam dan ngendorin sebaliknya?
Itu pertanyaan yang lama sekali gak dapet jawabannya, karena memang saya juga tidak berusaha mencari tahu jawaban itu.
Peristiwa yang baru saja saya alami ini telah membuka pikiran saya sekaligus memberi jawaban atas pertanyaan yang telah lama saya simpan.
Ceritanya begini, ketika saya berangkat kerja menggunakan motor, saat itu keadaan sudah gelap karena saya berangkat kerja ba'da maghrib, saya kerja masuk shift malam.
Saya sedikit terburu-buru karena waktu maghribnya saat itu sedikit lebih lambat, sehingga saya sedikit lebih kencang memacu motor. Pada saat saya mau mendahului sebuah mobil, tiba-tiba dari arah berlawanan ada sebuah motor yang hendak menyalip mobil juga.
Saya mengira ini orang mau mundur lagi, dan seharusnya mundur, untuk memberi saya kesempatan terlebih dulu, karena saya lebih dulu memberi tanda/sign dan posisi saya sudah keluar. Eh ternyata dia tidak mundur.
Saya berusaha semampu saya untuk membuang stir ke kiri.
Namun karena jaraknya sudah begitu dekat, maka kejadian ini tak bisa terelakkan. Kendaraan kami saling bersenggolan satu sama lain antara spion dengan spion.
Saya sedikit oleng, tapi alhamdulillah tidak sampai terjatuh. Dan lawan tabrak saya pun begitu.
Kendaraan kami selamat tak kurang suatu apapun, hanya kaca spionnya saja yang telah berputar menghadap ke samping.
Dari sini saya berfikir, seandainya kaca spion kanan ini alur pengencangannya ke belakang, searah dengan kendaraan dari depan, maka kejadian saya tadi akan lain ceritanya.
Dengan kejadian ini saya jadi tahu mengapa perusahaan otomotif, terutama kendaraan R2 membuat perbedaan alur pemasangan kaca spion. Bukan tanpa alasan, bukan tanpa sebab.
Sama seperti Allah menciptakan makhluk. Semua ada tujuannya.